Pemikiran keagamaan yang dilahirkan oleh
syi’sh ini mencerminkan pertentangan, dan permusuhan dengan islam. Mereka tidak
menghargai otentisitas al-Qur’an dan kebersihan kebersihan para sahabat Nabi. Mullah
Fathullah al-Kasani, seorang ulama syi’ah dalam kitab tafsirnya Minhajus
Shadiqin hal.356 menyatakan: “Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin
syi’ah orang yang melakukan kawin mut’ah empat kali , derajatnya sama tingginya
dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam.”
Dalam pandangan orang-orang yang berakal,
ucapan demikian tentullah menjijikkan, hanya bermoral syahwat belaka.
Menganggap pelaku mut’ah lebih mulia daripada Nabi Shallallahu ‘alayhi
wasallam, seakan-akan mereka mengatakan bahwa kemaluan para pelacur lebih mulia
dari Nabi dan para Sahabat! Na’udzubillahi min dzalik.
Saat ini banyak genersi muda islam yang
sudah disesatkan dengn doktrin2x syi’ah. Bentuk kesesatannya adalah:
1. Berkeyakinan
para imam syi’ah maksum dan derajatnya lebih tinggi dari Rasul;
2. Al-Qur’an
yang ada sekarang tidak asli, alias palsu;
3. Para
sahabat semuanya berdusta dsn berkhianat kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi
wasallam kecuali beberapa orang;
4. Semua
hadits yang dianggap shahih dalam kitab hadits kaum muslimin dianggap palsu;
5. Khalifah
selain dari ‘Ali adalah penjahat, karena merebut kekuasaan kekhalifahannya.
Indoktrinasi
seperti di atas mengakibatkan banyak intelektual islam yang dangkal
pemahamannya terhadap islam, tetapi berlagak sok ilmiah dan rasionalis, secara
membabi buta menelan semua indoktrinasi syi’ah tersebut. Hal iini dapat
dilacak, misalnya pada buku Jalaudin Rahmat, juga Quraisy Shihab yang dengan
lihai dan santun mempropagandakan syi’ah seperti dalam bukunya Sunnah-Syi’ah
Bergandeng Tangan, Mungkinkah? (penerbit Lentera Hati, Jakarta), dan masih
banyak lagi.
Ada
16 doktrin syi’ah yang selalu mereka sembunyikan dari kaum Muslimin sebagai
langkah taqiyyah (menyembunyikan Syi’ah) sebagai berikut:
1. Dunia
dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan memberikan
dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa yang
dikehendakinya (al-Kulaini, Ushulul kafi, hlm.259, cet. India). Jelas doktrin semacam
ini bertentangan dengan firman Allah Subhanahu wata’ala surat al-A’raf[7]: 128,
“Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia karuniakan kepada siapa yang Dia
kehendaki.” Kepercayaan Syi’ah di atas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para
imam dengan Allah dan doktrin ini merupakan akidah ayirik.
2. ‘Ali
bi abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan sebagai
dzat yang pertama dan terakhir, yang zhahir dan yang batin seabagaimana
tarmaktub dalam surat al-Hadid[57]:3 {Rijalul Kashi hlm.138}
Doktrin
semacam ini jelas merupakan kekafiran syi’ah yang berdusta atas nama khalifah
‘Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan ‘Ali bin Abi
Thalib sebagai Tuhan.
3. Para
imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah, dan tangan-tangan Allah yang
membawa rahmat bagi para hamba Allah.(Ushulul Kafi hlm.83)
4. Amirul
Mu’minin ‘Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah dalam
menentukan syurga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh
manusia sebelumnya, mengetahui ang baik dan yang buruk, mengetahui sesuatu
secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul Kafi.hlm.84)
5. Keinginan
para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga.(Ushulul Kafi hlm.278)
6. Para
imam Syi’ah mengetahui kapan dating ajalnya dan mereka sendiri yang menentukan
saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam itu, maka
tentu ia tidak berhak menjadi imam.(Ushulul Kafi hlm.158)
7. Para
imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab
apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal yang
ghaib sebagaimana yang Allah ketahui.(Ushulul Kafi hlm.193)
8. Allah
itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan
tetapi, para imam Syi’ah telah mengetahui terlebih dahulu hal yang belum
terjadi.(Ushulul kafi hlm.278). menurut al-Kulaini: Allah tidak mengetahui
bahwa Husein bin ‘Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya
tidak tahu, kaena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang
ada. Akan tetapi, imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh
sebab itu menurut doktrin Syi’ah, Allah bersifat bada’.(Ushulul kafi hlm.232)
9. Para
imam Syi’ah merupak gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah. Para imam
bersifat maksum(bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa apalagi berbuat
dosa). Allah menyuruh manusia untuk menaati imam Syi’ah, tidak boleh
mngingkarinya dan mereka menjadi hujah argumentasi kebenaran) Allah atas langit
dan bumi (Ushulul Kafi hlm.165)
10. Para imam syi’ah sama dengan Rasulullah
Shallallahu ‘alayhi wasallam (Ibid).
11. Yang
dimaksud para imam syi’ah adalah ‘Ali bin Abi Thalib, Husein bin ‘Ali, Hasan
bin ‘Ali, dan Muhammad bin ‘Ali (Ushulul Kafi hlm.109)
12. Al-Qur’an
yang ada sekarang telah berubah, dikurangu dan ditambah (Ushulul Kafi hlm.670).
Salah satu contoh ayat al-Qur’an yang dikurangi dari aslinya yaitu ayat
al-Qur’an An-Nisa’(4): 47, menurut versi syi’ah berbunyi “ ya ayyuhalladzina
uwtul kitaba aminu bima nazzalna fi ‘Aliyyin nuranmubinan” (Fashlul Khitab,
hlm.180)
13. Menurut
syi’ah, al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad ada 17.000 ayat namun yang
tersisa sekarang 6.660 ayat (Ushulul Kafi hlm.671)
14. Menyatakan
bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, ‘Aisyah, Hafshah, Hindun,
dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek dimuka bumi, mereka ini adalah
musuh-musuh Allah. Barang siapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah
sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya, dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin
hlm.519 oleh Muhammad Baqir al-Majlisi)
15. Menghalalkan
nikah mut’ah, bahkan menurut doktrin syi’ah orang yang melakukan kawin mut’ah 4
kali derajatnya sama tingginya dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi
wasallam (Tafsir Minhajush Shadiqin hlm.356, oleh Mullah Fathullah Kasani)
16. Menghalalkan
tukar menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada sesame temannya. Kata
mereka, Imam Ja’far berkata kepada temannya, “Wahai Muhammad, kumpulillah
budakku ini sesukamu. Jika enggkau sudah tidak suka kembalikan lagi kepadaku”
(Al-Istibshar III hlm.136 oleh Abu Jafar Muhammad Hasan ath-Thusi)
Semoga bermanfaat ^_^
No comments:
Post a Comment